BELITUNG 8


“Knowledge is Power but Character is More”

Siapa yang tidak tahu motto ini? Yah motto dari sekolah favorite di kota Bandung, SMAN 3 Bandung. Apakah saya sekolah disitu? Tentu saja tidak hahahaha tapi blog ini memang untuk mereka, penghuni Belitung 8, West Belitung, SMA Negeri 3 Bandung.

Sejak saya sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, saya bisa dibilang anak yang berprestasi (ciee), but this is serious. Mungkin ini yang membuat orang tua saya bersemangat untuk memasukan saya ke sekolah nomor satu di kota Bandung (saat itu, saya tidak tahu sekarang loh hhe)

Ketika saya ujian nasional di tingkat SMP, entah bagaimana caranya saya berhasil lulus dengan peringkat UN kedua tertinggi se-SMP saya (pertama saat itu saya ingat diraih oleh teman segroup saya juga Regina Asri, that’s so typical yah pergroup-an disekolah seperti itu). Tapi sejujurnya saya tidak terlalu percaya diri saat itu, kenapa? Karena saya peringkat ke-2 tertinggi di sekolah SMP yang saat itu hanya berada di cluster 4 (saat itu SMP sekota bandung dibagi menjadi 6 cluster) dan saat itu di SMP saya pun cukup banyak yang gagal lulus.

Saat itu saya sudah berpikir yasudah lagipula memang saya lebih tertarik ke SMA Belitung lainnya, East Belitung, SMA 5 Bandung. Karena batiknya bagus. Baiq.

Tapi orang tua saya memaksa untuk mengisi pilihan pertama saya ke SMA 3, padahal saya sangat-sangat tidak yakin bisa masuk kesekolah nomor satu itu. Lagipula SMA 5 juga sama-sama bagus namun dengan nilai masuk sedikit dibawah SMA 3. Tapi lagi-lagi saya tidak berdaya, saya mengisi SMA 3 sebagai pilihan pertama saya.

Kemudian tibalah hari pengumuman, dimana saat itu pengumamn berada di website sekolah sekota Bandung. Di pagi hari luar biasanya nama saya masih berada di daftar calon siswa SMA 3 Bandung, walau diperingkat-peringkat terbawah. Namun ketika sore hari saya cek ulang, deng deng nama saya sudah hilang. Hingga akhirnya saya di hasil final berada di SMAN 7 Bandung (dimana saya masuk dengan peringkat 8 se-SMA amazing).

Akhirnya saya sekolah di SMAN 7 Bandung hingga saya lulus SMA. Namun mungkin karena tuhan baik, saya diberi kesempatan untuk beberapa saat menjadi bagian dari SMAN 3 Bandung (dan masuk ke gedungnya hahaha)

Iya, bukan sebagai pelajar. Tapi sebagai pelatih. Yes as you all knows that saya itu anak cheerleader yah. Dan kebetulan saya masuk team diluar sekolah atau club. Walaupun begitu teman-teman disekolah saya tahu saya anak cheers, karena kebetulan salah satu team cheers disekolah saya (di sekolah saya ada dua team cheers hahaha) dilatih oleh salah satu teman saya di club jadi saya sering bantu juga (yaps club saya banyak yang melatih di team sekolah).

Nah suatu saat tiba-tiba saya mendapat telepon dari orang yang bernama nova. Dia mengaku mendapatkan nomor saya dari kakanya yang bernama Ira dan meminta untuk dilatih cheers. Kebetulan saat itu saya belum melatih team manapun dan baru ikut membantu di beberapa team saja. Akhirnya saya iyakan. Dan guess what? Dia dari SMAN 3 Bandung. I’m super super excited!!!

Akhirnya pertemuan pertama saya dengan mereka tiba. Saya menjadwalkan untuk latihan pertama di lapangan Sabuga. Kesan pertama omaygad 🙃 yang datang super-super sedikit. Dan mereka banyak yang belum pernah tergabung kedalam team cheers. Hanya beberapa yang sewaktu SMP nya team cheers yaitu chiko (alumni salah satu smp jakarta), Mia dan Atteu, semua dulunya dilatih oleh pelatih yang berbeda basic cheers nya dengan saya. Dan saya juga baru mengetahui bahwa mereka HARUS tampin dalam 2 minggu kedepan (jadi cheers ini memang dibentuk untuk acara tersebut). Kaget? Iya. Stres? Pasti. Ditambah latihan pertama ini saja yang datang sedikit dan saya ga bisa ngasih banyak materi ke mereka.

Akhirnya saya betul-betul berpikir, bagaimana caranya ini team baru bisa tampil dalam 2 minggu? Akhirnya saya putuskan untuk mengadakan latihan hampir setiap hari dan menggunakan konsep sederhana yang penting rapih (dan menghibur).

Saya bukan tipe pelatih yang sabar, saya akui itu. Tentu emosi saya saat melatih terkadang meledak, tapi luar biasanya team ini tidak mudah menyerah. Mereka berusaha dengan amat sangat baik. Bahkan dilatihan-latihan berikutnya mereka selalu berusah datang 100% walaupun kegiatan mereka cukup banyak. Saya sangat menghargai itu.

Sampe akhirnya masalah pertama muncul, kostum. Yes, dalam dua minggu mereka harus tampil dengan menggunakan kostum. Kebayang ga? Dua minggu! Mana ada penjahit yang bisa menjahit kostum 1 team cheers dalam waktu 2 minggu. Akhirnya saya putar otak. Oke akhirnya saya memutuskan untuk meminjam kostum dari sekolah saya SMAN 7 Bandung. Kebetulan sekolah saya sudah cukup banyak memiliki kostum. Jadi kalaupun mereka mau pakai satu kostum, saya masih bisa meminjam yang lain.

Awalnya saya ijin ke pelatih dan kapten mereka dan mereka mengijinkan. Saya lega dan sudah tidak memusingkan tentang kostum itu lagi. Tapi tiba-tiba di beberapa hari sebelum tampil saya berniat membawa kostum tersebut, ternyata mereka bilang “kostumnya mau dipakai jadi tidak bisa dipinjam”. DEG! Kaget dong saya tiba-tiba SMA 7 tidak bisa meminjamkan kostumnya. Akhirnya saya berkumpul dengan anak-anak SMAN 3 membahas kostum ini. Akhirnya beruntunglah saya memiliki anak-anak didik yang bukan hanya cerdas tapi kreatif, mereka menggunakan segala sesuatu yang instant dan not bad lah.

Akhirnya mereka tampil, sumpah itu hari yang saya sangat-sangat deg-degan banget. Saya cuma bisa memegang camera hp dari kursi penonton bahkan tidak sanggup untuk menjadi sadety guard (Thanks to Diamant, Radendon & Teh Depito yang udah mau jagain) akhirnya mereka tampil tanpa ada kesalahan berarti. Rapih banget. Saya bangga!

Tiba-tiba masalah lainnya muncul. Saat itu saya memang sering membantu melatih team cheer dari sekolah belitung east (SMA 5) dan memang mereka terkenal dengan “kebangsaan” dimana properti yang digunakan adalah pompons, BUT bukan berarti cheer lain tidak boleh menggunakannya kan? Lagipula hal yang wajar jika cheers menggunakan pompons. Tapi sayangnya mereka termakan oleh omongan teman-teman non-cheers nya yang menyatakan “SMA 3 Copycats”.

Tiba-tiba ketika saya sedang sekolah, saya mendapat pesan dari kapten SMA 5 “Jahat”. Tentu saya bertanya kenapa? Dan dia jelaskan bahwa mereka berpikir saya itu seorang mata-mata untuk akhirnya meniru apa yang dilakukan SMA 5 untuk SMA 3 yang merupakan tetangganya. Hampir semua status FB anak SMA 5 saat itu menghujat saya. Akhirnya karena kesabaran saya kecil sayapun berontak. Saya serang balik mereka semua. Namun karena saya disini statusnya sebagai pelatih walaupun masih sama-sama anak SMA, saya diminta oleh team di club saya untuk calmed down. Walaupun belum puas saya mencoba untuk diam. Sampai akhirnya salah satu anak didik saya di SMA 3 (Nanat) memberi kabar “Kak kita harus tampil lagi, kita masuk 5 besar best performance”

Wah kayaknya itu betul-betul moment paling bahagia, dan bertambah bahagia lagi ketika cheer SMA 5 gagal masuk 5 besar. Mungkin tuhan sedang menunjukan kebenarannya saat itu. Karena Cheer SMA 5 ini sangat-sangat bagus sejak angkatan pendahulunya. Namun ketika tampil DBL tersebut entah mengapa banyak piramid yang mereka ambruk. Alhasil mereka gagal masuk 5 besar.

Akhirnya team saya tampil lagi (luar biasanya tampil kali ini mereka sudah memiliki basket toss yang hanya dilatih beberapa jam). Walaupun mereka gagal menjuarai kompetisi tersebut tapi saya bangga bukan main.

Namun sayang karena mereka memang membentuk team hanya untuk acara tersebut (walaupun sempat ada selintingan untuk meneruskan), perpisahan harus terjadi. Tapi team bentukan saya yang hanya sebentar ini betul-betul membuat saya bangga.

Terutama ketika beberapa waktu kebelakang saya mengetahui bahwa mereka banyak yang berhasil, bahkan ada yang seprofesi dengan saya sekarang (tania).

Team dan kisah perjalanan mereka ini memberi pelajaran kepada saya yaitu :

-Jangan pernah meng-underestimate orang lain

-Dengan tekad yang kuat semua dapat ditercapai

Terima kasih TRIXIE!

PS : Saking Cuma Sebentarnya Gak Sempet Foto Team hahahaha

 

Comments

Popular posts from this blog

Fighting Dragons With You (How You Can Survive in Medical Jungle)

Special Goodbye

Forgive But Never Forget