Spotlight


Sungguh sangat menyenangkan ketika kamu berada didalam zona nyaman mu, saat semuanya terasa mudah dan saat semuanya terasa baik-baik saja tanpa usaha.

Back when I was in university, saya punya suatu lingkungan yang menjadi zona nyaman saya. Seakan saya bisa selalu menyandarkan semua masalah saya kepada orang-orang ini. Hidup saya bahagia. Terlampau bahagia.

Saya lupa, ketika saya terlalu nyaman berada di suatu lingkungan saya kehilangan peran saya sebagai individu. Saya terlalu sibuk mendorong keberhasilan orang-orang yang menurut saya ada adalah zona nyaman saya. Saya terlalu sibuk untuk menekan ego dan euforia saya untuk menghindari kecemburuan orang-orang dan ketidak nyamanan mereka. Saya terlalu sibuk menutup diri saya untuk relasi-relasi baru karena takut kehilangan mereka. Saya lupa untuk bertanya kepada diri saya sendiri “apakah mereka melakukan hal yang sama?”

Pertanyaan itu terjawab ketika saya berada di titik jatuh saya dalam 26 tahun hidup saya. Siapa yang bertahan dan siapa yang asik sendiri terlihat. Apakah itu salah mereka? Tentu tidak. Mereka sibuk mengejar mimpinya, memikirkan seseorang yang sedang berada dibawah hanya akan menjadi beban. Tentu lebih baik mencari orang-orang baru yang bisa men-support mereka untuk meraih mimpinya bukan? Ya! Saya yang terlalu naive.

Hancur? Ya, perasaan saya hancur. Namun saya mulai berpikir logis. Saya harus keluar dari zona nyaman ini. Get my spotlight again.

Bulan-bulan pertama, tentu sangat sulit. Saya sadar ternyata saya selama ini sudah mengisolasi hidup saya dari lingkungan terlalu lama. Namun teman yang benar teman akan selalu hadir. Ya beberapa teman yang berasal dari comfort zone saya sebelumnya memang tetap hadir dalam hidup saya. Ditambah beberapa orang baru yang dulu mungkin hanya teman saja, mulai terlihat menawarkan pertemanan yang murni.

Kehidupan saya membaik. Saya sadar justru setelah saya terlepas dari comfort zone saya, banyak hal dan orang-orang baru yang memberikan energi-energi positif kepada saya.

Banyak petualangan-petualangan baru yang saya dapat. Yang mungkin tidak akan pernah saya dapat ketika saya terlalu nyaman didalam zona nyaman saya.

Saya tidak berkata bahwa keluar dari zona nyaman itu akan mudah, tidak. Sulit luar biasa sulit. Saya harus menghadapi depresi untuk beberapa bulan pertama. Namun percayalah “The Magic Happens When You Step Out Of Your Comfort Zone” and when you decided untuk tetap berada pada zona nyaman mu, kamu akan berakhir menjadi sidekick..

Jadi, sampai kapan kamu mau diam di zona nyaman mu?

Comments

Popular posts from this blog

Fighting Dragons With You (How You Can Survive in Medical Jungle)

Special Goodbye

Forgive But Never Forget